Rabu, 14 September 2016

Malthus (Resume Bahasa Indonesia)

Kali ini akan membahas beberapa konsep penting dibalik sustainability dengan melihat seberapa awal para pemikir mencemaskan mengenai pertumbuhan populasi. Kekhawatiran mereka yang dahulu saat ini kita rasakan. Berikut diagaram dari populasi dunia :



Dapat dilihat bahwa diagram tidak menunjukkan pertumbuhan yang sustainable tetapi mendekati eksponensional. Populasi dunia saat ini adalah 7 milyar. Rata-rata pertumbuhan populasi di dunia adalah 1% apabila diteruskan maka populasi global akan menjadi dua kali lipat dari populasi saat ini. Bagaimana bila hal ini terjadi di masa lalu? Untungnya Thomas Malthus memikirkan hal ini sekitar 200 tahun yang lalu. Ia memikirkan mengenai pertumbuhan populasi yang tidak sustainable dan menuliskan alasannya pada 1798 dan tulisannya relevan untuk sekarng. Berikut alasannya :
  1. Dia menggaris bawahi bahwa setiap pertumbuhan populasi merupakan eksponensial. Artinya bahwa hal tersebut akan meningkat dua kali lipat pada satu waktu tertentu. Jadi pada grafik angka 1 akan naik ke angka 2, angka 2 ke angka 4, lalu ke angka 8 dan seterusnya. Begitulah pola pertumbuhan secara eksponensial. Apabila kita memiliki 1% rasio pertumbuhan seperti yang terjadi sekarang maka akan ada kenaikan dua kali lipat tiap tahun setiap 70 tahun.
  2. Dia berasumsi bahwa produktivitas agrikultur terjadi secara aritmatika dalam pertumbuhannya atau bisa juga disebut geometris. Hal tersebut akan meningkat bersama waktu dalam satu garis lurus. Jadi dapat dilihat dari angka 2 kemudian ditambahkan 2 untuk setiap kenaikannya dan angka tersebut menunjukkan berapa banyak makanan yang dapat diproduksi per populasi.
Apa yang akan terjadi saat kedua kurva disatukan?
Populasi akan meningkat dengan rasio yang semakin besar sementara produksi makanan meningkat secara konstan. Apabila satu unit makanan dibutuhkan untuk satu unit populasi, apa yang akan terjadi apabila kedua kurva saling berpotongan? Akan terjadi system breakdown. Dimana akan terjadi kelaparan, peperangan, bahkan wabah penyakit untuk mencegah populasi melebihi supply makanan. Poin dari perpotongan kurva inilah yang disebut bencana Malthusian atau Malthusian Catastrophe.
Seperti yang dibahas pada Growth Curves sebelumnya mengenai carriying capacity, kali ini kurva populasi akan dibandingkan dengan carriying capacity. Perpotongan yang terjadi di titik yang sama menjadikan carriying capacity sebagai ketersediaan pangan maksimum. Apabila telah mencapai titik tersebut, populasi akan menurun dan punah sama seperti rusa kutub di Pulau St. Matthew.

Apa yang akan terjadi jika carriying capacity  ditingkatkan da kali lipat? 
Pada postingan sebelumnya, pernah dibahas mengenai IPAT bahwa impact = impact. Peningkatan carriyying capacity tidak akan menghindarkan kita dari titik krisis karena impact akan bertambah seiring dengan bertambahnya carriying capacity itu sendiri. Selain merepresentasikan makanan, carriying capacity juga menunjukkan ketersediaan air, lahan, udara bersih, dan lain sebagainya. Jadi dalam teori Malthus telah ditekankan bahwa standar hidup manusia harus terus menurun dalam jangka panjang.

Lalu apakah prediksi Malthus terbukti benar?
Tidak. Hingga saat ini kita tidak pernah berada pada titik krisis yang Malthus utarakan (mungkin belum). Hal ini diakibatkan kemampuan manusia yang  meningkatkan standar hidupnya sehingga manusia saat ini lebih makmur dan lebih kaya dari manusia terdahulu.

Apakah Malthus salah?
Bisa dibilang teori Malthus meleset sehingga muncul teori baru yang disebut Neo Malthusian yang juga sama-sama meleset. Teori ini ditulis oleh Paul Ehrlich pada 1967 yang menyatakan bahwa krisis baru akan terjadi pada 1970 dan 1980. Kenyataannya, pada 1967 populasi Britania meningkat dua kali lipat dengan keadaan mereka yang juga lebih kaya dan pendapatannya lebih tinggi. Fenomena yang terjadi justru sangat berkebalikan dengan apa yang telah diprediksi. Dokumen agenda 21 dari Earth Summit pada 1992 menyatakan bahwa perubahan signifikan ekonomi dunia dan sistem sosial harus dilakukan untuk menangani isu kesenjangan antar negara, buruknya kemiskinan, kelaparan, wabah penyakit, dan buta huruf juga berkebalikan dengan yang terjadi di dunia. Jadi, ya! Teori Malthus meleset dikarenakan prediksi yang terlalu cepat. Tetapi teori Malthus mengingatkan bahwa suatu saat nanti populasi manusia pasti mencapai batasnya. Dan apakah yang mungkin terjadi? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar